Dewasa ini, motif kawung dikembangkan menjadi motif basis yang digabungkan dengan motif lainnya untuk menyabet inovasi keindahan hot. Motif kawung dengan gampang ditemukan pada corak batik populer, akan tetapi sangat pelik menemukan kain batik yang benar-benar murni bermotif kawung
Sejarah Batik Kawung
Motif batik ini telah dikenal saat era dahulu. Motifnya yang melambangkan aspirasi supaya insan lestari gambarkan asal-usulnya itu konon bermula selaku motif idiosinkratis kerajaan Mataram. Artinya, batik itu dahulu hanya boleh dilekatkan oleh jajahan kerajaan. jikalau oknum pemerintah mengenakan batik motif ini, artinya orang ini memastikan posisi dan juga kepribadiannya sama dengan pemimpin rata yang bijak memelihara nurani ataupun mengatasi udara nafsunya
Sebelum masuk ke kerajaan, batik ini memiliki ceritanya sendirian. Konon, salah satu era hadir seorang pemuda pedalaman kedalam enyak kota kerajaan. Pemuda ini tampak amat karismatik; berwibawa lagi disegani. gak ingin ketika usang baginya bagi membuahkan terkenal maupun disukai masyarakat ibu kota. orang mengenalnya serupa pemuda santun ataupun bijaksana
Lambat laun, keharuman namanya tercium ke kawasan keraton. mereka yang tinggal di dalam istana menjadi penasaran, mengapa oknum pemuda pedalaman dapat menciptakan masyarakat yang dipuja maupun disegani masyarakat Mataram? kelak orang-orang ini menugasi oknum telik sandi. sosok itu bertugas menemukan serta membujuk pemuda ini bagi bertemu kaisar. Mendengar hal ini, emak sang pemuda menciptakan begitu bahagia karena anaknya dikenal oleh sang maharaja. Dengan berbagai harapan, sosok itu mengejawantahkan sang pemuda supaya fasih memproteksi diri, merawat angin nafsu, maupun abadi ingat asal-usulnya semacam rakyat jelata
Untuk mengantarkan sang pemuda kedalam istana, ibunya membentuk kain batik bermotif kawung. Kain batik ini dihasilkan sepenuh hati, sarat harapan maupun filosofi biar pemuda ini berguna bagi manusia dan membawa kemaslahatan. kelak sang pemuda pun bertemu maharaja dengan melakukan kain batik tersebut. Rupanya sang kaisar pun terpukau oleh kearifan dan juga pengaruh si pemuda, bahkan kelak beliau menguit sang pemuda membuat adipati Wonobrodo
Setelah membentuk pemangku jabatan pun, sang pemuda tetap nurut mengenakan kain batik buatan ibundanya tercinta. Kain tersebut seolah mengingatkannya untuk tetap berbuat baik, orang hutan diri, dan bijaksana. lama kelamaan kain batik ini semakin dikenal oleh rakyat Mataram, khususnya di area Wonobrodo. ratusan juta rakyat yang menyukai motif dan juga filosofi di baliknya, sehingga orang-orang itu pun menciptakan kain-kain batik dengan motif tersebut.
Filosofi Batik Kawung
Dinamakan batik kawung sebab motif yang disematkan ialah stilasi dari penampang buah aren (kawung). karakter dasarnya berupa empat lingkaran bulat panjang yang mendekati menyentuh tunggal sama lain dengan simetris, yang bilamana disaksikan kian saksama menimbulkan bayang-bayang optik dengan munculnya bentuk bunga empat kelopak. Masing-masing kelopak sebangsa tajam ramping
Aren semacam penghasil gula yang menyimbolkan rasa manis, mempunyai filosofi kejayaan dan kebijaksanaan. Pohonnya yang tegak tanpa perwakilan melambangkan keadilan. imbas itu, batik motif kawung memiliki nilai filosofis yang sungguh-sungguh tinggi tentang dominasi yang adil dan bijaksana. Bunga empat kelopak dianggap representasi dari lotus (kembang teratai). bunga itu didalam ajaran Jawa konvensional mengandung arti kehormatan. sementara stilasi bunga dan juga buah secara normal memiliki makna fertilitas ataupun harapan
Batik motif kawung mengandung falsafah raga yang begitu pada dan bersih tentang asal muasal penciptaan manusia, usia jauh yang dimaknai sejenis perjalanan menuju hidup kekal. karena inilah maka pada beberapa tradisi Jawa, batik motif kawung natural digunakan untuk menyelimuti jenazah sebentuk perlambang perjalanan renggang mengarah kekekalan yang sementara ditempuh oleh roh
Empat unsur bunga kawung yang saling beririsan secara simetris dengan menyisakan ruang kosong di titik pusat, dimaknai juga sebagai kiblat papat lima pancer, ajaran adiluhung Jawa yang bermakna: memandang dari empat aspek mata angin untuk mendapatkan cahaya (pancer) kebijaksanaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar